Pertanyaan itu juga menggelitikku untuk menulis ini… Jawabanku tegas dan jelas.. “ya, kita harus mengenal calon teman hidup kita”.
Tapi kan agama melarang pacaran?
“Siapa bilang harus pacaran? Mengenal calon teman hidup kita tidak berarti pacaran dulu dengannya…”
Lalu bagaimana caranya?
Ya berkenalan, berkomunikasi.. mencari informasi.. dan yang paling penting, selalu dan selalu berkonsultasilah kepada Allah… dan Allah akan memberikan jawaban kepada kita, mungkin melalui keyakinan dalam hati, atau malah keraguan dalam hati, mungkin melalui pertemuan dengan seorang teman baik dia atau apapun.. jawaban Allah bisa dalam bentuk apapun, tapi yang pasti akan memberikan sinyal kepada kita mengenai jawaban tersebut. Tentu saja, kita harus ikhlas dan pasrah saat berdoa padaNya…
Kalau bicara wilayah kita, maka kewajiban kita adalah berikhtiar.. caranya, ya kenalan dengan dia, dengan keluarganya… berbicara dengannya dan bertanya mengenai prinsip-prinsip hidup pernikahan yang dia ketahui, atau dia yakini…
Berarti bertemu, berdua-dua (telepon juga berdua-dua kan?) dan itu tak boleh dalam agama?
Kalau aku menjelaskan ini dengan mengatakan, semua kembali ke niatnya. Sekadar contoh ekstrem, bukankah kita naek angkot juga kadang harus duduk berdempetan dengan lawan jenis …. bahkan di dalam bus yang penuh sesak, kadang kita diimpit oleh lawan jenis kita..Bukankah kita tak berniat melakukan apapun, karena tujuan kita naek bus atau naek angkot adalah untuk berangkat kerja atau kuliah.. Kalau bisa memilih, cari bus/angkot yang kosong.. tetapi ketika di perjalanan penumpang bertambah terus.. apakah kita harus turun dan menanti bus/angkot yang kosong? Kapan sampai ke tujuan? Kalo pun kita kemudian sampai ke tujuan, mungkin kita terlambat.. dan kita menemukan kesulitan yang lain di depan kita…
Maksudnya adalah, semua kembali ke niat.. Kalau kita bertelepon untuk berdiskusi dan membatasi diri untuk hanya bicara pada hal-hal yang kita perlukan.., aku rasa boleh-boleh saja….
Satu hal yang pasti.. akhir-akhir ini, makna pacaran memang selalu berhubungan dengan kontak fisik (maaf, berpegangan tangan, berangkulan, duduk berdempetan, dan yang lebih jauh lagi…). Ini yang dimaksudkan dengan mendekati zina… Bertelepon lama-lama, tapi tak jelas yang diobrolkan.. hanya curhat ini dan itu.. tentu saja, itu mubazir..dan mungkin malah berdosa..
Tapi bagaimana kita akan hidup bersama dengan seseorang tanpa kita tahu seperti apa dia.. Bagaimana kalo ternyata kita tidak sreg dengan dia.. bukankah agama juga mengajarkan agar perempuan dan laki-laki melihat calonnya sebelum menikah… dan kita harus menyukainya.. Artinya, jika kita berkenalan dengan seseorang dan kita tak merasa suka padanya, tak ada kewajiban untuk terus melanjutkannya ke jenjang pernikahan..
Di sisi lain, mengenal calon teman hidup kita pun bisa dilakukan secara tidak langsung, jika kita merasa takut tak bisa menahan diri, sehingga melakukan pembicaraan mubazir…maka mengenal calon teman hidup kita, bisa dilakukan dengan tidak langsung. Bertanya pada keluarganya, temannya atau saudaranya..
Hanya saja, menurut pendapatku, akan lebih baik jika kita mengenalnya secara langsung sebab pandapat orang lain – meskipun orangtuanya sendiri – kadang subjektif. Tapi setiap orang punya pemahaman dan pengertian yang berbeda-beda.., jadi pilihlah cara yang paling sreg dengan hati kita…
Poinnya adalah, jangan membeli kucing dalam karung.. Toh kita juga berhak memilih selama dilakukan dengan cara yang santun, pada tempatnya dan tidak melanggar aturan.
Wallahu alam..