Sabtu sore pekan lalu (seminggu lalu) alhamdulillah aku bisa menghadiri pengajian di Brisbane, tepatnya di masjid kampus, untuk pertama kalinya. Sebenarnya, dua minggu lalu dah ada ajakan untuk mengikuti pengajian di kampus UQ, pengajian bulanan IISB. Tapi berhubung minggu lalu kami (aku, airin dan yumna) masih orientasi berbagai lokasi di kota ini, maka kami dengan berat hati mengatakan, “insya allah bulan depan kami bergabung.” Pengajian IISB konon diselenggarakan sebulan sekali…
Materi pengajiannya menarik meskipun judulnya shirah Nabi Muhammad atau sejarah Nabi SAW. Dari pengajian itu aku mendapatkan ilmu baru, mengenai makna mempelajari sejarah… khususnya sejarah Nabi SAW. Pemberi ceramah, Brother Aslam (katanya dari Saudi Arabia.. tapi pas ngasi materi, ia bilang dirinya berasal dari India) menjelaskan dengan jelas, runut dan secara cerdas, sesekali diselingi humor seperlunya… menarik banget!
Aku baru menyadari (mungkin dulu-dulu dah pernah dengar…tapi nggak dipahami ato hanya sambil lalu, atau malah ga begitu peduli) makna sejarah itu bagi kehidupan kita di masa kini. Misalnya, Rasulullah pada awal menjadi nabi itu hanya berdakwah di keluarganya, istrinya dan beberapa anggota keluarganya.. hal tersebut menunjukkan, kata brother Aslam, kalo kita hendak berdakwah maka dimulailah dari keluarga dulu.. Juga disampaikan bahwa tidak semua anggota keluarga Nabi percaya kepada Nabi, mengiyakan ajaran beliau.. itu pula kan yang terjadi dalam keluarga kita, ada yang dengan mudah kita ajak menuju kebenaran tetapi ada yang sulit…
Meski demikian, Nabi tetap bersikap santun kepada keluarganya yang tak mau mengikuti ajaran Islam. Keengganan abu jahal itu dikarenakan dia adalah petinggi quraisy yang menguasai Ka’bah. Ia tak mau melepaskan kekuasaannya, sebab jika ia masuk islam maka kekuasaan itu akan lenyap darinya. “Ini juga pelajaran bagi kita, apakah kita mau melepaskan segala yang kita miliki untuk memilih Islam, atau sebaliknya.” Hal yang sama dilakukan para sahabat saat berhijrah. Jika kita tidak bisa melaksanakan syariat Islam di tempat kita saat ini, ungkap Brother Aslam, maka kita bisa berhijrah… contoh dari salah satu sahabat, yang pedagang kaya raya dan sukses, ia meninggalkan semuanya itu di Makkah dan menuju ke Afrika demi menegakkan ajaran Islam. Ia tak membawa hartanya sedikitpun… lalu memulai kehidupan barunya di tanah harapan itu… Ia ikhlas melakukannya demi menggapai keridhoan Allah, subhanallah….
Yang menarik juga, Brother Aslam menjelaskan mengenai posisi lelaki dan perempuan dalam islam, yang menurut dia tak ada perbedaan antara keduanya sekali kecuali ketakwaan kepad Allah SWT (mengutip ayat Alquran). Ia menjelaskan, mengapa dalam shalat…perempuan duduk di belakang sementara lelaki di depan. “Ini bukan berarti perempuan lebih rendah posisinya, bukan karena perempuan itu adalah ti-kelas dua,tetapi karena kehati-hatian, menjaga hijab antara keduanya,” ujar dia.
Ia menjelaskan bahwa di zaman Nabi, masjid adalah bentuk bangunan yang sederhana tanpa hijab (penghalang) antara lelaki dan perempuan saat shalat… sehingga untuk memisahkan keduanya, Nabi bersabda bahwa perempuan akan mendapat pahala lebih besar jika shafnya di belakang sementara lelaki mendapatkan pahala lebih besar jika menempati shaf paling depan. Nabi juga meminta agar para jamaah lelaki tidak segera meninggalkan masjid sesuai shalat berjamaah sebaliknya perempuan diminta segera kembali ke rumah masing-masing segera setelah shalat usai… ini untuk menghindari pertemuan lelaki dan perempuan dan menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, jika ada keperluan lelaki dan perempuan bisa bertemu untuk keperluan tersebut.. misalnya, belajar, bertanya sesuatu dsb. Namun tetap tidak disarankan untuk lelaki dan perempuan bersahabat dekat, bertemu seringkali tanpa suatu tujuan yang bermanfaat dalam ilmu atau agama…