Monthly Archives: February 2009

Pengajian Perdana di Brisbane (Griffith Uni)

Sabtu sore pekan lalu (seminggu lalu) alhamdulillah aku bisa menghadiri pengajian di Brisbane, tepatnya di masjid kampus, untuk pertama kalinya.  Sebenarnya, dua minggu lalu dah ada ajakan untuk mengikuti pengajian di kampus UQ, pengajian bulanan IISB. Tapi berhubung minggu lalu kami (aku, airin dan yumna) masih orientasi berbagai lokasi di kota ini, maka kami dengan berat hati mengatakan, “insya allah bulan depan kami bergabung.” Pengajian IISB konon diselenggarakan sebulan sekali…

Materi pengajiannya menarik meskipun judulnya  shirah Nabi Muhammad  atau sejarah Nabi SAW. Dari pengajian itu aku mendapatkan ilmu baru, mengenai makna mempelajari sejarah… khususnya sejarah Nabi SAW. Pemberi ceramah, Brother Aslam (katanya dari Saudi Arabia.. tapi pas ngasi materi, ia bilang dirinya berasal dari India) menjelaskan dengan jelas, runut dan secara cerdas, sesekali diselingi humor seperlunya… menarik banget!

Aku baru menyadari (mungkin dulu-dulu dah pernah dengar…tapi nggak dipahami ato hanya sambil lalu, atau malah ga begitu peduli) makna sejarah itu bagi kehidupan kita di masa kini. Misalnya, Rasulullah pada awal menjadi nabi itu hanya berdakwah di keluarganya, istrinya dan beberapa anggota keluarganya.. hal tersebut menunjukkan, kata brother Aslam, kalo kita hendak berdakwah maka dimulailah dari keluarga dulu.. Juga disampaikan bahwa tidak semua anggota keluarga Nabi percaya kepada Nabi, mengiyakan ajaran beliau.. itu pula kan yang terjadi dalam keluarga kita, ada yang dengan mudah kita ajak menuju kebenaran tetapi ada yang sulit…

Meski demikian, Nabi tetap bersikap santun kepada keluarganya yang tak mau mengikuti ajaran Islam. Keengganan abu jahal itu dikarenakan dia adalah petinggi quraisy yang menguasai Ka’bah. Ia tak mau melepaskan kekuasaannya, sebab jika ia masuk islam maka kekuasaan itu akan lenyap darinya. “Ini juga pelajaran bagi kita, apakah kita mau melepaskan segala yang kita miliki untuk memilih Islam, atau sebaliknya.” Hal yang sama dilakukan para sahabat saat berhijrah. Jika kita tidak bisa melaksanakan syariat Islam di tempat kita saat ini, ungkap Brother Aslam, maka kita bisa berhijrah… contoh dari salah satu sahabat, yang pedagang kaya raya dan sukses, ia meninggalkan semuanya itu di Makkah dan menuju ke Afrika demi menegakkan ajaran Islam. Ia tak membawa hartanya sedikitpun… lalu memulai kehidupan barunya di tanah harapan itu… Ia ikhlas melakukannya demi menggapai keridhoan Allah, subhanallah….

Yang menarik juga, Brother Aslam menjelaskan mengenai posisi lelaki dan perempuan dalam islam, yang menurut dia tak ada perbedaan antara keduanya sekali kecuali ketakwaan kepad Allah SWT (mengutip ayat Alquran). Ia menjelaskan, mengapa dalam shalat…perempuan duduk di belakang sementara lelaki di depan. “Ini bukan berarti perempuan lebih rendah posisinya, bukan karena perempuan itu adalah ti-kelas dua,tetapi karena kehati-hatian, menjaga hijab antara keduanya,” ujar dia.

Ia menjelaskan bahwa di zaman Nabi, masjid adalah bentuk bangunan yang sederhana tanpa hijab (penghalang) antara lelaki dan perempuan saat shalat… sehingga untuk memisahkan keduanya, Nabi bersabda bahwa perempuan akan mendapat pahala lebih besar jika shafnya di belakang sementara lelaki mendapatkan pahala lebih besar jika menempati shaf paling depan. Nabi juga meminta agar para jamaah lelaki tidak segera meninggalkan masjid sesuai shalat berjamaah sebaliknya perempuan diminta segera kembali ke rumah masing-masing segera setelah shalat usai… ini untuk menghindari pertemuan lelaki dan perempuan dan menghindarkan hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, jika ada keperluan lelaki dan perempuan bisa bertemu untuk keperluan tersebut.. misalnya, belajar, bertanya sesuatu dsb. Namun tetap tidak disarankan untuk lelaki dan perempuan bersahabat dekat, bertemu seringkali tanpa suatu tujuan yang bermanfaat dalam ilmu atau agama…

Adikku “sudah pulang”

Ia sudah berbulan-bulan sakit… tadi malam, kepada adik bungsuku, dia (adik yang di bawahku persis) bilang : “aku ingin pulang”. adikku bungsu bilang : “jangan  mbak.. kan mbak janji mau sembuh…”

dan subuh tadi, pukul 03.50 ato 03.45 WIB dia pulang kepada Allah SWT…inna lillahi wa inna ilaihi rojiun…

aku di brisbane sekarang.. aku hanya bisa mendoakan dari jauh… merasakan bahwa dia sudah mendapatkan kesembuhan yang terbaik… sakitnya sudah berbulan-bulan, ada gangguan pada ginjalnya, ada batu ginjal juga.. sudah berhasil dihancurkan, tapi kemungkinan ada penyakit yang lain… dia sudah sempat membaik, bahkan jauh lebih baik.. tapi tadi malam kondisinya kritis…

adikku, namanya Ulfah Hasnawati.. ia meninggalkan seorang anak, yang kini duduk di bangku kelas 1 SMP dan suaminya.

semoga selama ia sakit, ia ikhlas menerimanya.. sebab keikhlasan dia dalam menerima sakitnya akan menjadi penggugur dosa-dosanya.. insya allah..

saat aku akan berangkat ke brisbane, ia menangis saat akan memelukku.. tapi aku tersenyum padanya.. aku tak ingin larut dalam kesedihan.. aku tak ingin ia bertambah banyak pikiran.. aku menyayanginya.. ingin yang terbaik untuknya… aku berdoa dari brisbane, memohon kesembuhan untuknya.. kesabaran dan keikhlasan untuknya… juga agar sakit dia menjadi ladang amal bagi kami sekeluarga…

ibu menjaga dia hampir setiap saat.. ibu yang begitu kuat dan selalu bersemangat.. meskipun kadang, saat letih menerpa, ibu sempat berkeluh juga.. bapakku juga kuat.. alhamdulillah, ibu dan bapak saling mendukung… kami bergantian menjaga dia, saat aku  masih di bandung…

kini aku bisa melihat bahwa semua ada hikmahnya.. aku tidak bekerja selama dua bulan sebelum berangkat, salah satu hikmahnya adalah untuk bisa membantu menjaga adikku..

saat adik bungsuku menelpon tadi subuh, aku sedang ke luar.. mencari udara segar bersama teman serumah. saat aku sampai di rumah lagi, tak lama suamiku menelpon.. mengatakan bahwa,”ulfah sudah tak ada….”

aku menangis.. aku menangis… tubuhku lunglai… aku terduduk di lantai…tapi aku tahu aku tak boleh meratapi kepergiannya…aku harus mengikhlasnya.. mendoakan adikku yang desember 2008 kemarin berusia 34 tahun…

suami menenangkanku, meminta untuk bersabar… tak boleh menangis berlebihan…Ya Allah, kuatkanlah hatiku.. dan karena ulfah ingin pulang kepadaMu, maka itulah obat terbaik untuknya..

Bukankah semua penyakit ada obatnya? Dan kematian juga obat, sebab ia tak perlu kesakitan lagi.. ia bahkan dibersihkan dulu dosa-dosanya sebelum bertemu dengan-Mu.. dengan sakitnya..

ampunilah dosa-dosanya ya Allah.. jangan hukum dia karena kesalahannya, berikanlah tempat yang mulia baginya, lapangkanlah tempat beristirahatnya… sayangilah ia…amin..ya robbal alamin..

juga semoga kepulangan dia kepadaMu hari ini menjadi hikmah bagi kami semua yang masih hidup.. bahwa kami semua akan kembali kepada-Mu, Sang Pemilik segalanya… bahwa kami perlu terus menerus mengingat itu, agar tak melenceng dari jalan kebenaran yang Engkau tunjukkan… lindungilah kami ya Allah, sesungguhnya tiada daya dan upaya kami tanpa perlindungan dan pertolonganMu…

 8 februari pukul 16.35 waktu brisbane…

dakwah via kerudung

Mengenakan kerudung di Negara yang berpenduduk mayoritas non Muslim, memberikan warna tersendiri dalam hidupku. Sejak minggu pertama tiba di Brisbane, beberapa teman bertanya mengenai hal tersebut. “mengapa kamu pake kerudung? Mengapa temanmu yang satu Negara denganmu gak pake? Apakah dia beda keyakinan denganmu? Apakah kamu pake kerudungmu sepanjang hari?” bahkan ada yang bertanya, “apa yang kamu kenakan di kepalamu, apa namanya?”

Selama ini aku lebih suka mengatakannya “kerudung” ketimbang jilbab. Karena dalam pemahamanku, sesuai informasi yang pernah aku peroleh dari beberapa sumber, konon jilbab adalah pakaian yang menutup seluruh tubuh, bukan hanya penutup kepala semata… Mungkin berakar kata dari hijab, kemudian menjadi jilbab. Sementara penutup kepala itu sendiri, namanya kerudung… Tapi ini di negeri orang, biar mudah, aku katakan “ini jilbab”. Lebih gampang menyebutnya pula ketimbang kerudung.. dan kata jilbab terdengar agak kearab-araban hehehe… jadi lebih meyakinkan aja buat mereka…:)

Bagiku, pertanyaan-pertanyaan seputar kerudung, seputar halal-haram, merupakan pertanyaan yang menarik untuk dijawab. Aku senang bisa berbagi informasi mengenai hal tersebut kepada mereka yang tak tahu dan tak mengerti… menjelaskan mengenai Islam, meskipun hanya bagian kecil saja… bisa dibilang, hal itu merupakan dakwah… Ya kenapa enggak? Dakwah melalui kerudung yang kita pake… lebih nyata, lebih mudah dipahami… tentu saja, tak hanya pake kerudung dan selesai… akan lebih baik jika mereka tau bahwa kita juga shalat, puasa, dan yang pasti… kita juga bersosialisasi dan bermuamalah dengan mereka secara baik.. itu pesan penting yang harus dikirimkan, kita tidak eksklusif… kita juga bukan teroris…

Tadi siang, keluar dari toilet dekat kelas, seorang teman perempuan bertanya,”apakah kamu mengenakan itu (dia menunjuk kerudungku) sepanjang hari?” aku iyakan. “dalam kondisi apa kamu melepasnya?” Aku katakan bahwa di rumah, aku tak mengenakannya… suamiku dan keluargaku boleh melihatku tanpa kerudung. “bahkan kalo kamu maen ke rumahku, kamu akan liat aku tanpa kerudung,” ujarku seraya menambahkan bahwa sesama perempuan boleh melihat bagian yang boleh terlihat… “kalo aku datang ke tempatmu bersama Armando (teman dia yang sama-sama dari Philipina)?” aku segera menjawab, “nggak bisa.. aku harus mengenakan kerudung untuk bertemu kalian.” Dia pun mengangguk-angguk paham.

Tapi kembali bertanya mengapa aku mengenakan kerudung? Dan seperti biasa, aku katakan bahwa ini sebuah perintah yang tercantum dalam Alquran. Untuk menjadi muslim yang baik, perempuan harus mengenakannya… karena itu perintah Tuhan. Sama seperti dia, yang harus ke gereja untuk dikatakan sebagai seorang penganut Kristen yang taat. Tapi, sambungku, “kamu juga bisa kan tidak pergi ke gereja….” Dia mengangguk-angguk mengerti perumpamaan yang aku jelaskan padanya. Aku melanjutkan, perempuan harus menutup seluruh tubuhnya kecuali tangan dan wajah, demikian perintah Alquran. Kembali ia mengangguk…

Entah mengapa, buatku pertanyaan-pertanyaan itu sangat menarik. Aku jadi memahami bahwa mereka menyimpan rasa ingin tahu yang besar… semoga saja, lain kali mereka akan bertanya mengenai hal-hal yang lebih prinsipil dan semoga Allah menolongku senantiasa untuk bisa menjawabnya… Siapa tahu, ada yang mendapatkan hidayah untuk menemukan jalan islam, melalui pertanyaan yang diajukan padaku.. siapa tahu… karena kita mempunyai kewajiban untuk menyampaikan dakwah, walaupun satu ayat….