Monthly Archives: July 2008

Teori olahraga

Ini sebuah teori yang aku peroleh dari temanku yang berprofesi sebagai dokter. Menurut dia, olahraga itu jauh lebih baik untuk menjauhkan diri dari berbagai penyakit, ketimbang menelan multivitamin atau obat-obatan apapun. Bukan berarti obat atau vitamin tak penting tetapi, kata dia, selama ini ada kekeliruan dengan menganggap bahwa olahraga itu hanya “kalau sempat” padahal seharusnya rutin.

Dia menjelaskan kepadaku mengenai “teori tiga” dalam berolahraga. Tak peduli dengan bentuk olahraganya, pak dokter ini mengatakan bahwa olahraga yang baik seharusnya memenuhi hal sebagai berikut : dilakukan tiga kali sepekan dan masing-masing dilakukan selama minimal 30 menit. Selain itu, saat kita berolahraga kita harus sampai terengah-engah. Kalau kita berolahraga baru 10 atau 15 menit dan sudah terengah-engah, kata dia, itu sudah bagus. Apalagi di saat awal…

Seiring dengan meningkatnya kemampuan kita dalam berolahraga, maka waktu yang 30 menit itupun harus ditingkatkan. Intinya, badan baru melakukan sesuatu usaha yang memacu adrenalin (yang pastinya membuat badan terasa sehat) dengan melihat sebuah indicator, itu tadi… terengah-engah. Artinya, indicator kita sudah berolahraga dengan baik dan benar adalah terengah-engah, bukan berkeringat.

“Kamu bisa saja nyapu halaman yang luas, atau berjalan berkilo meter dan berkeringat banyak sekali, tapi kamu tidak terengah-engah, maka tidak ada effort lebih yang dilakukan…,” ujar dia. So, jangan bangga kalo banyak berkeringat setelah beraktivitas cukup berat…:-) yang penting adalah terengah-engah…

          Soal berolahraga ini, ternyata menjadi bagian dari aktivitas di negara-negara maju. Salah seorang dosen lulusan Australia bercerita bahwa saat dirinya tinggal dan belajar di Adelaide, Australia Selatan, dirinya mengalami berbagai penyakit dan juga alergi. Dokter di sana, kata dia, hanya memberikan obat dengan dosis rendah tetapi menyarankan pasien untuk giat berolahraga. “jadi pengobatannya diarahkan dengan berolahraga,” ungkap dia.Di sisi lain, pak dosen ini bercerita bahwa Indonesia terkenal dengan obat-obat dosis tinggi, yang diberikan para dokternya.

          Nah….

          Kembali ke temanku yang dokter, dia mengherankan para rekan sejawatnya – sesama dokter di Indonesia – yang menurut dia senang sekali memberikan obat dan selalu “melarikan” sarannya untuk mengkonsumsi makanan… Saat itu aku bercerita pada dia bahwa aku didiagnosis tekanan darah rendah. Dia bilang, “kamu olahraga dong yang teratur.. aku juga darah rendah, nggak masalah. Dengan olahraga, peredaran darah menjadi lancar, oksigen yang diangkut oleh darah juga jadi lancar,’’ kata dia.

          Ketika aku katakan bahwa dokter meyuruh aku makan makanan yang mengandung banyak vitamin penambah darah, dia justru mencibir. Kata dia,”ya kalo disuruh makan makanan yang bergizi itu harusnya liat dulu, berat badannya berapa (alamaaaakkkk…secara tidak langsung kan dia mau bilang kalo aku dah kegemukan, sehingga saran untuk makan makanan bergizi itu sungguh keliru). Harusnya disuruh olahraga,’’ kata dia. “aku heran sama rekan sejawatku itu, kok memberikan saran seperti itu…”.

          Lalu aku bilang, kenapa ya kalo abis olahraga, kok jadi ngantuk.. kan ntar di kelas jadi berabe. Dia membantahnya. “Olahraga itu nggak bikin ngantuk.. yang terjadi, badan kamu jadi lelah setelah berolah raga.. karena lelah maka kamu ingin tidur, ngantuk” cetus dia. Namun, smabung dia, kelelahan itu akan menghilang bersamaan dengan rutinnya kita berolahraga. Dia bilang, rasa lelah itu muncul karena kita jarang atau malah tak pernah berolahraga. Ketika olahraga sudah rutin, maka kelelahan itu akan menghilang. Jadi, persoalannya bukan olahraga jadi ngantuk, tapi karena nggak pernah olahraga maka saat pertama kali melakukan olahraga badan kita kelelahan…

          Yang sering terjadi, menurutku, kita kerapkali jadi jera alias kapok setelah sekali berolahraga dan badan lelah.. Padahal, kata dokter temanku itu, harusnya olahraga nya terus dilanjutkan secara rutin, (tiga kali seminggu, minimal) maka badan baru akan merasakan manfaat berolahraga itu dengan sebenarnya.

          Jadi? Yuk olahraga.. tak cuma bikin badan sehat dan segar tapi juga murah.. kelebihan lainnya, kita jadi seperti hidup di negara maju.. hehehehe..

 

NB: aku juga masih berjuang untuk bisa rutin lagi olahraga.. nggak gampang emang…

21 Juli 2008

Pagi ini, aku merasa agak sedih.. pengennya berdua dengan suamiku.. tapi kondisinya tidak memungkinkan. Aku kirimkan sms (yang herannya, kok sempat salah pencet sehingga kekirim ke teman lain… hehehehe.. payah…) :

 

Asslm. Hari ini tepat setaun kita mengikrarkan janji setia, untuk menjadi pasangan suami-istri dalam ikatan suci pernikahan. Banyak kebahagiaan yang dianugerahkan Allah pada kita, semoga kita senantiasa diberi kekuatan mensyukurinya.. Semoga kita berdua senantiasa dikaruniai kekuatan untuk menjaga ikatan suci ini, menjaga cinta kasih kita selamanya…sebagai bagian dari ketaatan kepadaNya,amin.  I love u..:-)

(21 Juli 2008 pukul 06.49.)

 

Jawaban kekasih hatiku :

 

Amin ya robbal alamin.. makasih Allah.. take care yaa cintaku..

Muah.. I love you too… (21 Juli 2008, 08.35)

Tau ga nda, a sedih senang nyampur di hati.. rasanya lebih bahagia daripada ulang taun. A baru ngerasainnya… Makasih ya Allah, makasih ya nda.. dah baik ma aa…Wassalam (21 Juli 2008, 08.38).

 

 

Note : Suamiku ultah tanggal 20 Juli.. dan kami bersepakat untuk tidak pernah merayakan ulang tahun, kecuali mengucapkan selamat.. Kemarin sih, kami berdua makan bareng di luar, tapi soal makan bareng mah.. biasa.. Alhamdulillah, kami berdua seringkali makan berdua di luar maupun di rumah…

 

Well Prepared

ini baru hari senin, udah bingung mau ke bandung,’’ ungkap temanku, melihat aku yang “heboh” tukeran kelas conversation demi bisa segera ke stasiun gambir pada senin sore itu. “demi kelangsungan good relationship,’’ cetus temanku yang lain. Aku cuma nyengir aja.. mau bilang apalagi?

Percuma menjelaskan mengenai ini dan itu, faktanya memang aku tak ingin berlama-lama di Jakarta pada hari jumat.. secepat mungkin mencapai Bandung supaya bisa segera bertemu dengan kekasih hati….

 

Saat ini, jarak Jakarta-Bandung sudah menjadi kian dekat sejak adanya tol cipularang. Ini menumbuhsuburkan bisnis travel, shuttle to shuttle… bukan lagi travel antar-jemput ke rumah. Jadi, travel ini mirip dengan kereta api.. kita datang ke “stasiun” atau pool travel dan di tempat tujuan pun demikian. Ini lebih cepat, sebab pak sopir tak perlu berkeliling mengantar satu per satu penumpang. Apalagi, di Jakarta sudah sangat banyak angkutan publik yang memudahkan orang untuk mencapai titik mana saja. Mulai dari taksi, bus, mikrolet, kopaja hingga ojek.. tinggal pilih yang sesuai dengan isi kantong dan kebutuhan waktu kita…

 

Nah, bisnis ini benar-benar bagus… sehingga untuk mendapatkan tiket travel Bandung-Jakarta atau sebaliknya, Jakarta-Bandung… seringkali sulit. Apalagi kalo weekend..hhhhhmmmmmm, saingannya luar biasa! Pengalamanku menunjukkan hal tersebut.. sejak Januari, kan aku jadi penumpang setia travel Bandung-Jakarta dan Jakarta-Bandung.. jadi aku mulai hapal untuk melakukan beberapa trik sehingga aku bisa mendapatkan “kursi” di dalam travel itu.

 

Bagi para pelancong, dari Jakarta-Bandung atau sebaliknya, trik ini tak diketahui… Mereka tak tahu, betapa ketat persaingan mendapatkan “kursi” di dalam travel tersebut sehingga menganggap… “wah, enak yaa.. tiap jam ada travel ke Jakarta (atau ke Bandung).. jadi bisa datang kapan saja.” Yup, itu teorinya… Faktanya, jumlah penumpang jauh lebih banyak sehingga.. nggak ada lagi “keleluasaan” untuk datang kapan saja.. Yang benar, pesan secepatnya!

 

Meskipun sudah cukup berpengalaman dengan trik pemesanan tiket, toh aku tetap tak kebagian jatah kursi untuk jumat ini. Biasanya aku ke Bandung jumat pukul 13.00 atau 12.30 berangkat dari sarinah dengan baraya travel. Pekan ini, ada pelajaran tambahan sehingga aku baru selesai kelas pukul 14.30. Nah, aku menelpon ke baraya Jakarta pada sabtu  sekitar pukul 9 pagi pekan lalu, dan jawabannya? “travel untuk ke Bandung hari jumat jam 4 sore sudah full!”

Bayangkan, 8 hari sebelum hari H, kursi untuk Jumat sore (which is waktu yang paling favorit bagi para kaum urban)  sudah habis.. aku nggak habis pikir, kapan para konsumen tersebut pesan tempat? Karena setahuku, baraya memberlakukan aturan, pemesanan paling cepat dilakukan 7 hari sebelum hari H, jadi kalo H-8 belum bisa… entahlah.

 

Kondisi di X-trans pun tak berbeda. Pada Jumat sebelumnya, saat aku menelpon untuk pesan untuk Jumat berikutnya (H-8) jam 3 sore, kursi yang tersedia tinggal nomor 7,8,9 dan 10. Artinya yang nomor 1-6 udah dibeli orang… padahal masih 8 hari dari hari H.

Maka pekan ini, aku memutuskan ke Bandung naik kereta saja.. aku merasa, terus terang, sayang kalo tiap minggu pulang ke Bandung dan harus bayar 70 ribu di X-trans, sementara kalo naek Baraya hanya 40 ribu saja. Naik kereta, lebih murah lagi.. 35 ribu dah duduk di kursi eksekutif parahyangan.. kalo yang bisnis lebih murah lagi cuma 20 ribu.

 

Karena itulah, aku menyarankan kepada teman-teman yang ingin berkunjung ke Bandung pada akhir pekan, atau ke Jakarta pada akhir pekan dan ingin memanfaatkan jasa travel shuttle to shuttle.. teleponlah travel tersebut seminggu sebelumnya. Jangan kahwatir soal pembayaran, karena itu dilakukann saat Anda tiba di tempat pemberangkatan… Yang penting, pesan aja dulu.. soal jadi berangkat atau tidak, itu urusan kedua. Toh biasanya, travel ini akan menelpon kita pada H-1 untuk memastikan apakah kita jadi berangkat atau tidak… Sedangkan kalo ternyata kita tidak jadi, kita sama sekali tak rugi apa-apa.. Sebaliknya kalo kita jadi berangkat, kita sudah aman karena sudah ada kepastian, jam keberangkatan.. ketimbang jadi waiting list untuk 1 jam, 2 jam bahkan mungkin 3jam..

 

Jadi, aku berusaha untuk well prepared soal urusan Bandung-Jakarta ini. Ketika aku berangkat ke Jakarta hari minggu siang/sore, hari itu juga aku pesan untuk keberangkatan pekan depan. Sementara, untuk ke Bandung, begitu hari senin pagi, aku langsung menelpon untuk pesan kursi untuk Jumat siang.. begitu terus siklusnya…

Begitu lupa pesan, bersiaplah menjadi wating lister..hehehe…

Sisi lain

Nama panggilannya Ninut. Ia adalah anak lelaki tunggal di keluarganya. Baru saja menyelesaikan pendidikan di sekolah dasar dan sedang kebingungan mencari SMP untuk dirinya. Mengapa bingung? Sebab ia mempunyai nilai ujian akhir nasional (UAN) di bawah rata-rata kelas yang 24 sementara dirinya hanya memperoleh nilai 21,8 saja.

 

Kecewakah Ninut? Ohhh…tak cuma kecewa, dia bahkan sempat menangis, saat mengetahui bahwa salah satu sahabatnya mendapatkan nilai 24. Bukan apa-apa, selama ini di kelas Ninut termasuk 10 besar sementara sahabatnya selalu bertanya apapun mengenai pelajaran, pada dirinya. Maka dia menjadi sedih, karena mengira dirinya akan mendapatkan nilai lebih besar ketimbang sahabatnya itu.

 

Nilai 21,8 sebenarnya cukup baik mengingat hanya tiga pelajaran sehingga rata-ratanya adalah 7. Apa boleh buat, nilai rata-rata kelas memang 24… Ini sudah menjadi takdir dan tak mungkin diubah lagi.

 

Akibatnya, Ninut yang semula ingin melanjutkan ke SMP 4 (yang ternyata masuk dalam cluster 2) pun ciut nyalinya. Banyak temannya yang ingin melanjutkan ke SMP 4 yang memang dikenal cukup bagus dalam beberapa tahun terakhir. Lokasinya strategis, dekat dengan rumahnya.. bahkan dia hanya perlu berjalan kaki untuk tiba di SMP tersebut.

 

Orang tua Ninut pun mencari akal…. Bagaimana supaya anak semata wayang ini bisa masuk ke sekolah negeri. Ini penting mengingat penghasilan mereka yang rata-rata saja sementara biaya pendidikan dari tahun ke tahun terus meningkat. Bersekolah di sekolah negeri berarti mengurangi pengeluaran ketimbang bersekolah di swasta. Di sisi lain, mereka juga ingin anaknya bersekolah di sekolah yang bermutu baik (seperti diketahui, meskipun sekolahnya sama-sama negeri tetapi kualitasnya berlainan sehingga sekolah pun dibagi menjadi 3 cluster. Cluster 2 berada di tengah sementara yang tertinggi adalah cluster 1).

 

Baik Ninut maupun kedua orangnya sama-sama cemas. Malah anggota keluarga yang lain pun ikut cemas… Ninut dan orangtuanya memang tinggal di sebuah rumah besar bersama kakek-nenek dan para tantenya. Orangtua Ninut survey ke beberapa sekolah mencari informasi ke sana ke mari…. Di mana kira-kira sekolah negeri cluster 2 yang bisa dimasuki, atau cluster 3 yang berkualitas cukup baik yang bisa dimasuki…

 

Yang menarik, mamanya Ninut meminta sang anak untuk berpuasa sunat Senin-Kamis bersama-sama dengan dirinya. Mereka sahur, dan kemudian berpuasa…

Namanya juga anak-anak, Ninut gagal di puasa hari senin tetapi dia bisa menyelesaikan puasanya di hari Kamis dengan susah payah..:D

 

Kemudian, datang seorang tetangga yang merupakan guru dan orangtua dari anak SMP yang akan melanjutkan ke SMA. Bu guru ini menyampaikan informasi bahwa PSB online sudah bisa diakses sehingga kita bisa mengikuti perkembangan nilai UAN di masing-masing sekolah, sebelum memutuskan untuk mendaftar. Salah satu strategi orangtua Ninut adalah memang mendaftar di hari terakhir sehingga bisa mengetahui informasi yang paling up to date..

Dari PSB online itu diketahui bahwa SMP 3 (cluster 1) dan beberapa SMP cluster 2 menerima pendaftaran dengan nilai UAN yang cukup rendah, hanya 18 atau 19.. Kemungkinan banyak orangtua yang “jiper” sehingga mereka tak mendaftarkan anaknya di SMP-SMP tersebut.

 

Setelah berdiskusi sedikit dengan guru wali kelasnya yang mendaftarkan, orangtua Ninut memutusakn untuk mendaftarkan anaknya ke SMP 3 (cluster 1) dan SMP 10 (cluster 2). Pertimbangannya peluang cukup besar di SMP 10. Lokasi kedua sekolah berdekatan…

Saat hari pengumuman tiba, tebaklah apa yang terjadi? Ninut diterima di SMP 3 dengan nomor urut 390. Nilai terendah yang diterima adalah 20,8 sementara nilai Ninut 21,8. Jadi tidak terlalu bawah…

 

Tentu saja, hasil ini menggembirakan Ninut yang selalu tersenyum setelah itu.. Dia sangat bahagia bisa masuk ke salah satu sekolah terbaik di kotanya. Di sisi lain, para teman sekelas Ninut di SD, banyak yang “hanya” mendapatkan sekolah dengan cluster 2 atau malah 3 padahal mereka mempunyai nilai UAN lebih tinggi dibandingkan Ninut.

 

Apa maknanya? Segala sesuatu, jika memang Allah menghendaki pasti terjadi.. secara perhitungan manusia, perhitungan nilai… Ninut sangat sulit bisa masuk di SMP cluster 1. tetapi dengan doa yang sungguh-sungguh (bagaimana Ninut dan ibunya berpuasa senin-kamis sambil tak putus berdoa) dan ikhtiar yang optimal, Allah membukakan jalan…

Bahkan, kalaupun Ninut tidak diterima di SMP 3 misalnya, maka SMP 10 pun tetap lebih baik ketimbang SMP 20 – tempat sebagian besar teman-teman Ninut dengan nilai UAN lebih tinggi- akhirnya bersekolah.

 

Aku memaknai kejadian itu sebagai bentuk bukti janji Allah.. Jika kita meminta dengan sungguh-sungguh dan berupaya sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan yang terbaik untuk kita… Tak selalu persis seperti yang kita minta atau harapkan, tetapi pastilah yang terbaik untuk kita.. Wallahu Alam

 

 

unlimited

itu nama paket yang aku pilih agar bisa “ngenet” dengan lebih leluasa… tapi jangan bayangkan biaya yang besar untuk “unlimited” ini… meskipun juga nggak terlalu murah..

biayanya Rp 125 ribu per bulan… udah itu aza… dan aku bisa ngenet sepuasnya, selama koneksinya bagus dan nggak ada gangguan di sistemnya…

aku dikasih tau adikku mengenai Telkomsel Flash dan beberapa paketnya, aku penasaran.. bayangkan, sejak tak bisa mengakses telkomnet instan, aku jadi beberapa kali ke warnet.. kalo lagi beruntung sih, dapet kursi.. kalo lagi penuh.. haduhhhh…udah siang-siang, panas… pake kerudung dan berpakaian rapi… ditolak…

akhirnya aku cari cara gimana… kabar dari adikku aku sambar.. aku datangi Grapari Bandung.. dan tanya ini dan itu.. aku memutuskan untuk membeli hp 3 G (maklum, hapeku yang ada kan hp jadul.. yang kata suamiku, ‘udah berapa lama tuh hp?’ dan aku jawab…’sejak tahun 1718…’ sebel juga, yang penting kan fungsinya, bukan gayanya…)

setelah hp 3G itu aku miliki, aku datang lagi ke Grapari dan daftar untuk paket Flash unlimited 125 ribu sebulan…

tinggal connect hp via kabel data ke laptop.. dan aku bisa berinteraksi dengan dunia luar, dari dalam kamarku di Bandung ato dari kamar kosku di Jakarta.. pake baju apa aja.. mau pose duduk gimana aja.. bebass… unlimited..

Alhamdulillah…makasih banget ya Allah.. makasih juga suamiku tercinta…

RencanaNya….

Kita kerapkali bertanya, mengapa doa kita tak terjawab segera. Tapi kita seringkali lupa untuk mengingat bahwa Allah seringkali menjawab doa yang tidak kita panjatkan… dan jumlahnya jauh lebih banyak, jauh lebih bermanfaat untuk kita ketimbang doa yang kita panjatkan – yang seringkali kita kira adalah yang terbaik untuk kita.

 

Aku baru saja mengalaminya… Allah menjawab doa yang tak aku panjatkan. Dan itu membuatku bersyukur, insya Allah.. sembari terus saja berpikir mengenai makna di balik anugerah tak terduga itu.

 

Sejak pekan lalu, aku sudah berencana untuk ke dokter kandungan karena dia memberiku obat, yang jika aku mendapatkan menstruasi setelah minum obat itu, aku harus segera menemuinya kembali secepatnya, selama masih menstruasi. Hanya saja, bu dokter tak menjelaskan, kapan kira-kira aku akan menstruasi.. apakah setelah minum obat itu, apakah beberapa hari setelah obat itu habis, atau bagaimana…

 

Maka, aku merancang rencana dengan suamiku. Bahwa, jika aku haid pada senin-selasa-rabu maka pada hari kamis siang aku akan izin untuk ke Bandung karena kamis sore/malam dokter itu praktek. Dia hanya praktek hari selasa-kamis-sabtu dengan jam yang terbatas. Jika aku ke Bandung kamis siang, berarti tak mungkin aku balik lagi ke Jakarta pada jumatnya. Nyatanya benar, aku menstruasi pada Rabu pagi.. persoalannya, pada Jumat aku harus mengikuti test perkembangan pendidikanku selama ini (progress test). Aku jadi puyeng..

 

Setelah berdikusi dengan beberapa teman di kelas, dan juga suamiku (via telpon), aku memutuskan untuk berangkat kamis siang. Dengan pertimbangan, aku masuk pada kamis pagi dan siangnya cabut ke Bandung. Aku sudah mengikhlaskan test progress itu, apa boleh buat… sebab pemeriksaan kesehatan ini juga penting bagiku. Aku sudah enam bulan tak menstruasi tetapi juga tidak hamil. Dokter memerlukan pemeriksaan kondisiku saat menstruasi, untuk mengetahui apa penyebab aku tak menstruasi hingga enam bulan itu. Sekolah ini juga penting, tapi test progress ini akan diselenggarakan tiap dua pekan, karena aku harus membuat prioritas… maka kali ini, prioritasku adalah pemeriksaan kesehatan.. mumpung menstruasi dan belum terlalu sibuk sekolahnya.

 

Kamis pagi, aku nongol di sekolah.. Dan, tiba-tiba ada pengumuman bahwa kami akan mengikuti progress test jam 07.30 pagi itu!!! Alasannya, guruku sakit sehingga progress test dimajukan…

 

Aku terbengong-bengong sejenak dengan fakta itu. Aku tetap ke Bandung kamis  siang, dan ternyata Allah tetap mengizinkan aku untuk mengikuti progress test itu…. Memang dalam hatiku, ada keinginan untuk mengikuti test itu, tapi aku sudah mengikhlaskannya dengan alasan skala prioritas. Ternyata lagi, keberangkatanku yang ke Bandung lebih siang dari rencana semula, juga sama sekali tak menjadi soal. Karena aku mendapatkan nomor urut tiga  untuk dokter tersebut (karena  tiba di rumah sakit itu sekitar pukul 15.10) sementara bu dokter tiba di ruang praktek pukul 16.30-an. Pas sekali bukan?

 

Poin yang ingin aku share adalah, Allah mengabulkan doa yang tak aku panjatkan dengan caranya. Aku bisa ikut ujian, yang tadinya kupikir tak mungkin bisa.. sebab pada Jumat aku masih di Bandung, aku pun bisa ke dokter sesuai dengan rencana semula. Sekali lagi, aku memperoleh bukti kecanggihan scenario Allah untukku…

Alhamdulillah, hasil pemeriksaan pun tak ada apa-apa…hanya masalah berat badan saja (hehehehe…selalu itu masalahnya…)

 

Nikmat Tuhanmu yang manakah yang hendak kamu dustakan?

Aku selalu berusaha untuk percaya padaMu, dengan segenap hati.. dan memasrahkan segalanya hanya padaMu…Aku berikhtiar semampuku, ya Allah.. selebihnya adalah menjadi bagianMu untuk menggenapinya…wallahu alam…

 

 

Keputusan Besar

‘’Kamu mengambil keputusan sangat besar dalam hidupmu,’’ begitu ungkap seorang temanku. Kalimat itu, begitu banyak terlontar dari mulut teman-temanku yang lain yang mengetahui bahwa aku memutuskan untuk resign dari tempat aku berkarya selama ini…

 

“Keputusan besar”… yup, tentu saja…

Di zaman pekerjaan susah didapatkan, harga BBM naik, harga kebutuhan pokok yang terus meningkat… berbagai kebutuhan hidup semakin meninggi juga, kok aku malah resign… mungkin begitu yang ada dalam benak teman-temanku..

 

Tapi insya Allah, aku telah memikirkan semuanya… Oya, sebagian teman lain bertanya begini,”trus sekarang di mana?” atau ada yang bertanya begini,”Jadi sekarang nyambi kerja di mana?”

Sebagian temanku menatap tak percaya, saat aku  bilang bahwa sekarang aku konsentrasi sekolah saja.. aku hanya bersekolah, dan tidak bekerja di perusahaan manapun..

Memang saat ini aku harus berkonsentrasi sekolah, sebab aku telah melakukan banyak hal dan menempuh perjalanan sejauh ini, hingga memutuskan untuk resign dari kerjaan, demi sekolah ini… dan juga masa depanku dan keluargaku, insya Allah…

 

Aku sudah bicara segala kemungkinan yang akan terjadi, dengan suamiku. Kami berdua merancang perkiraan, plan A, plan B dan plan C… bahkan kami sudah membicarakan rencana-rencana itu sejak aku pindah ke Jakarta awal tahun ini. Jika A yang terjadi, maka plan A yang kita jalankan.. jika B yang terjadi maka plan B yang kita lakukan, begitu juga dengan plan C.

 

Jadi, dari mana datangnya keberanian untuk mengambil “keputusan besar” itu? Perpaduan dari keyakinan kepada Allah, hasil diskusi bersama suami.. dan mmmmhhh… ditunjang oleh tidak kondusifnya hasil pembicaraan dengan manajemen kantor.

 

Insya Allah aku nggak konyol.. aku kan dapat uang jasa, dari perusahaan itu. Nilainya tidak sebesar kalo aku di-PHK.. tetapi tetap cukup lumayan, untuk menyambung hidup selama beberapa waktu ke depan, sembari aku menunggu untuk sekolah… insya Allah. Selain itu, toh aku masih bisa mengirimkan tulisanku ke sana-ke mari, dan hasilnya lumayan juga kok..

 

Saat ini aku memang baru mulai merintisnya. Tapi sekali lagi, aku berkonsentrasi untuk sekolahku..jadi soal mengirimkan tulisan mah, kata suamiku,”boleh-boleh aja, asal nggak ganggu sekolahnya.. karena yang terpenting sekarang untuk kamu adalah sekolah.”

 

Tapi yang paling utama, insya Allah.. aku percaya Allah menolongku.. apalagi jika aku mengadu padaNya.. Bukankah yang terpenting dalam hidup ini adalah keyakinan padaNya, dan semuanya insya Allah menjadi lebih mudah dihadapi, sebab hati kita merasa tenang dan tenteram…

Wallahu alam..