Monthly Archives: November 2008

Laskar Pelangi

Akhirnya, bisa juga menulis isi hati mengenai Laskar Pelangi. Sudah membaca bukunya, dan akhirnya juga…sudah menonton filmnya. Kini, buku yang begitu ramai dibicarakan sejak muncul di acara Kick Andy Metro TV (salah satu acara tv favoritku), filmnya pun dijubeli para penonton.

 

Dua pekan lalu, saat aku bersama suamiku menonton film tersebut di BSM Bandung, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 dan itu malam senin, artinya besoknya anak-anak harus sekolah… tapi luar biasa… film ini masih dipenuhi penonton. Yang duduk aja sampai di barisan paling depan! Mungkin, mereka pikir, daripada nggak nonton, lebih baik duduk di paling depan..paling dekat layar lebar itu dan pastinya, nggak nyaman…:D

 

Menurutku, film ini bagus. Maksudnya, jika dibuat perbandingan antara buku dengan film, aku memilih filmnya… Film Laskar pelangi memang tak sama persis dengan bukunya.Tapi menurutku, syukurlah tak sama persis… kalo sama persis, haduhhhh…repot dong..

Karena aku adalah salah satu di antara sekian pembaca buku Laskar Pelangi yang tak begitu menikmati buku tersebut. Bukan karena isinya nggak menarik.. isinya menarik, tapi kalo aku yang jadi editor, akan banyak bagian dari buku itu yang aku buang.. karena nggak perlu, atau terlalu bertele-tele..bahkan sebagian terlalu sains…

 

Belakangan, aku juga membaca kritik pedas untuk buku tersebut. Aku membacanya di Koran pikiran Rakyat edisi minggu sekitar 2 minggu lalu… penulis kritik ini mengatakan banyak hal mengenai kelelahan saat membaca Laskar Pelangi… hhhhmmm, hampir sama denganku sih hehehe… aku banyak melewatkan halaman-halaman yang isinya deskripsi yang bikin mumet kepala hehehe… aku males bacanya.

Lalu, kritik lain yang aku baca, ditulis di blog wordpress juga, yang menilai bahwa penulisnya terlalu banyak tahu.. bahkan terlalu tinggi berpikir untuk ukuran anak kecil seusianya saat itu, hhhmmm…ini juga pertanyaanku…

Kemudian yang terbaru, aku baca mengenai kritik terhadap, tak cuma Laskar Pelangi, tak juga buku-buku lainnya, Sang Pemimpi dan Endensor.. (kedua buku ini aku belum sempat baca, untuk kemudian tak lagi tertarik membacanya)… Kritik ini sangatlah pedas, dikatakan bahwa penulis buku ini begitu mengagungkan neoliberalisme, kemudian begitu terpesona oleh budaya Barat dsb… aku hanya baca sekilas kritik tersebut.. tapi cukuplah untuk mengetahui betapa dahsyat kritik itu…

 

Memang, menjadi terkenal selalu harus siap untuk dipuja sekaligus dicaci. Sebelumnya, aku memnbaca buku Laskar Pelangi The Phenomenon, yang berisi mengenai fenomena yang terjadi di seputar penerbitan buku best seller yang laris manis itu…Aku menulis resensinya untuk situs www.kabarindonesia.com, tepatnya di rubrik serba serbi…

Hanya iseng saja…:D

Di buku itu diungkap, bagaimana seorang gadis bersedia pacaran dengan seorang lelaki asalkan si lelaki bisa mendapatkan tanda tangan Andrea Hirata, penulis buku Laskar Pelangi. Ada juga kisah mengenai bupati yang bersedia membayar Andrea sebesar Rp 50 juta, untuk bicara selama 2 jam di wilayahnya… Itu honor tertinggi bagi penulis di bidang sastra Indonesia, selama ini!

 

Yang juga menarik, gara-gara buku ini laku keras… yang boleh dibilang mengikuti karya sebelumnya oleh penulis lain, Ayat-Ayat Cinta oleh Habiburrahman, banyak orang yang kemudian bergiat menulis… termasuk aku hehehe… pengen nulis buku, mana tau beruntung kayak mereka..

Beruntung? Yup… sebab seperti dikatakan oleh bos Mizan Pustaka, Putut Widjanarko, tak seorangpun tahu, buku seperti apa yang akan laku keras dan menjadi best seller… tak ada rumusnya!

 

So, memang itu rahasia Allah… kita hanya dituntut untuk berjuang.. berusaha… selebihnya, itu wilayah Allah yang Maha Berkehendak…

 

Kalo gitu, mari menulis buku…:D

Jika buku tersebut laku keras, alhamdulillah…jika tidak, yaa.. jangan lupa niatnya di awal, untuk share ilmu.. jadi tetep bermanfaat…

“Tercemar” buku Amien Rais

Mulanya adalah pertemuan dengan Marissa Haque di acara seminar perbankan syariah di Bandung belum lama ini. Ia bilang, beli dan bacalah buku “Agenda Mendesak Selamatkan Indonesia” karya Amien Rais. Aku penasaran, dan membelinya dan membacanya… dengan buru-buru… maksudnya, jarang-jarang aku membaca buku ingin cepat selesai… tidak Laskar Pelangi, tidak juga Ayat-Ayat Cinta.

Dan benar, aku “tercemar” oleh pemikiran mantan ketua MPR RI itu… maksudnya, terpengaruh dan tercerahkan…

 

Bukan berarti buku ini sempurna lho, ntar aku cerita di bawah mengenai kritikku terhadap buku ini. Tapi yang pasti, aku merasa tergugah dengan isinya… setelah buku “Confession of Economic Hitman” yang juga mencerahkanku, buku ini lebih mengena sebab ditulis dalam bahasa Indonesia, dengan sangat jelas dan mudah dicerna… sementara buku terjemahan confession itu, hhhhmmmmm…kurang apa gitu… jadi maknanya agak-agak kabur untukku…hehehe…

 

Setelah membaca halaman demi halaman buku itu, aku merasa malu hati.. selama ini, sebagai wartawan ekonomi, aku rupanya sudah menjadi “kepanjangan tangan” para imperialis ekonomi.. aku ingat, saat di awal krisis dulu, aku juga belum lama jadi wartawan, dan belum lama pula jadi wartawan ekonomi, dengan pemahaman yang terbatas… ikut meliput setiap perkembangan ekonomi di negeri ini, yang kala itu menteri-menterinya selalu rapat di Bappenas.

 

Pertanyaan yang aku dan teman-temanku ajukan adalah “Berapa kita mendapat utang dari IMF?”  atau “berapa komitmen Bank Dunia untuk Indonesia?” semacam itulah….

Setelah membaca buku pak amien ini, aku maluuuuuuuuu banget… sebab ternyata, kita nggak perlu utang-utang itu… jadi selama ini aku telah menjerumuskan pembacaku di Koran dengan informasi-informasi yang menguntungkan para imperialisme… entah kenapa, secara tidak langsung aku merasa telah menjadi bagian dari menumbuhsuburkan mental inlander di negeri ini… haduhhhh, malunya aku.. ampuni kebodohanku ya Allah…

 

Buku itu mencerahkan aku, mengingatkan aku bahwa kita adalah bangsa yang kaya, kita adalah negeri yang penuh dengan orang-orang cerdas dan pintar yang tidak kita punya adalah keberanian untuk berkata tidak kepada para penjajah ekonomi itu… yang salah satunya difasilitasi oleh IMF dan Bank Dunia.

 

Lalu kini, saat ekonomi global mengalami krisis yang kian hebat.. kok malah ada wacana untuk mengundang IMF lagi ke Indonesia? Haduhhh biyuuunggg…. Benar kata pak amien rais, pemimpin negeri ini adalah pemimpin yang bermental inlander..

Sedih rasanya melihat negeri ini dan juga pemimpinnya tak bisa (tak mau?) berpikir radikal untuk mengubah situasi ini.. padahal kita sudah punya modal…

 

Intinya, buku pak amien rais itu menyadarkan aku, membuka wawasanku, mencerahkanku soal kebangsaan, kecintaan pada negeri ini…sekaligus kebanggaan pada tanah yang kaya raya ini…

 

Sayangnya, di solusi yang diajukan, pak amien rais hanya menyampaikan kata-kata, wacana… tanpa pembuktian yang kuat. Misalnya, ketika ia bilang negeri ini kaya dengan minyak dan emas, sehingga kita bisa mengelolanya sendiri…pak amien tak menyampaikan data konkret berapa kekayaan tambang kita… padahal jika ada, maka buku ini bisa menjadi panduan yang bagus buat pemimpin bangsa ini…

Akhirnya buku ini hanya berakhir pada wacana, bahwa pemimpin harus berani, jangan bermental inlander… hanya itu

Maka buku ini menjadi kurang lengkap sebagai solusi…

Tapi sekali lagi, buku ini mencerahkanku dan menyadarkanku.. untuk beberapa bagian, karena terima kasih pak amien…

 

 

Berdamai dengan keadaan

Berapa banyak di antara kita yang merasa tak berdaya menghadapi kesulitan hidup kita sehari-hari? Banyak… termasuk aku, nggak terkecuali.

 

Tapi bukankah hidup ini memang ujian? Di Alquran, Allah sudah berfirman bahwa manusia akan diuji dengan sedikit ketakutan, sedikit kelaparan, kecemasan.. untuk mengetahui apakah manusia tersebut benar-benar bertakwa kepada-Nya…

 

Namun sesungguhnya, ujian setiap manusia itu berbeda-beda. Bayangkan ini… semula kita mempunyai penglihatan dan merasa bahwa itu bagian dari diri kita, lalu tiba-tiba kenikmatan penglihatan itu dicabut.. melalui sakit, kecelakaan atau apapun… tidakkah kita rasakan dunia ini runtuh?

 

Aku bertemu dengan beberapa orang yang demikian tegar menghadapi ujian itu… saat peringatan hari penglihatan sedunia (world sight day, WSD 2008) digelar Syamsi Dhuha Foundation (SDF) beberapa waktu lalu di Bandung, aku mendengarkan sepenggal kisah dua orang sahabat tuna netra.

 

Pertama adalah Ernawan Salimsyah, dia kini bekerja sebagai professional di sebuah perusahaan BUMN di Jakarta… Dia menyelesaikan pendidikan masternya di Australia dengan predikat distinctive (setingkat di bawah cum laude), saat mendampingi istrinya yang mengambil PhD di negeri kangguru tersebut. Ayah dua anak ini mengaku sempat marah kepada dokter yang mengoperasinya ketika duduk di bangku sekolah, karena hal tersebut membuatnya kehilangan sebagian besar penglihatannya. Ia menjadi low vision (berpenglihatan terbatas).

 

Ungkapan terima kasih atas operasi itu, muncul belasan tahun kemudian saat ia berada di Australia.”Di zaman itu, dokter yang mengoperasimu (melihat kasus yang dialami) bisa menghasilkan operasi yang demikian bagus, padahal zaman itu kali ngoperasinya pake pisau dapur,’’ cetus Awan, demikian ia biasa disapa, menirukan ungkapan seorang dokter di Australia. Saat itulah, ia baru berterima kasih kepada Prof Sugana, yang pernah mengoperasinya. Saat acara itu, hadir istrinya Prof Sugana yang tersenyum mendengar penjelasan itu..

 

Sejak lama Awan berdamai dengan keadaan. Ia juga mengubah hal-hal negatif yang hadir dalam hidupnya dengan lebih positif setelah bertemu dengan Pak Didi Tarsidi – Ketua Persatuan Tuna Netra Seluruh Indonesia, Pertuni—yang pada sejak berusia lima tahun sudah menjadi seorang tuna netra, totally blind. “Pak Didi selalu melihat segala sesuatu dari perspektif yang positif,’’ ujar Awan.

 

Kini, saat ia harus presentasi kepada klien atau calon klien perusahaannya, Awan yang setiap bekerja (membaca, menulis) menggunakan loop di matanya (dipasang persis seperti kaca mata, tapi menonjol seperti teropong mini) tak pernah merasa minder. Bahkan ketika anak keduanya, yang masih berusia belasan bulan, harus menggunakan kaca mata cembung karena kemungkinan mengalami low vision, ia dan istrinya menghadapinya dengan lebih bijak sebagai bagian dari ikhtiar memberikan yang terbaik bagi anak mereka.

 

Yang juga menarik, menurut dia, bersekolah di Indonesia jauh lebih besar tantangannya bagi orang low vision seperti dia.. untuk lolos UMPTN, dia musti ikutan tes 3 kali, karena dua tahun berturut-turut dia gagal. Sementara kuliah di Australia, semua fasilitas sangat mendukung….

 

Kedua, Eko Ramaditya yang akrab disapa Rama. Ia totally blind setelah sebelumnya sempat menjadi low vision selama beberapa tahun. Bukunya yang baru dicetak beberapa bulan lalu, Berjudul “Blind Power : Berdamai dengan Kegelapan” sudah cetak ulang. Ia juga menjadi jurnalis di beberapa media, khusus untuk bidang IT dan iptek. Pemuda humoris yang mencintai dunia games ini juga menjadi motivator dalam berbagai pelatihan motivasi diri.

 

Kedua orangtua Rama-lah yang menjadikan Rama seperti saat ini. “Saya tak pernah menganggap dia cacat, kalau dia salah saya marahi, tidak ada keistimewaan perlakuan,” ujar ayah Rama padaku, di sela acara. Ayahnya, yang terus memperjuangkan agar Rama bisa bersekolah di sekolah umum… ayahnya yang berlari ke sana ke mari memperjuangkan banyak hal untuk Rama, tapi tak pernah menunjukkan hal tersebut di depan anaknya sehinggasi anak pun tak merasa diistimewakan. Justru sebaliknya, yang dirasakan adalah lecutan untuk senantiasa menjadi mandiri.

 

Buku yang ditulis Rama pun cukup unik, saat aku mendengar penjelasannya. Aku belum baca buku itu (abis minta ke dia, ga dikasih hahaha… jadi inget, dulu saat jadi wartawan aktif mau apa aja, dikasih ama narasumber…giliran berperan sebagai volunteer… segala keistimewaan itu hilang.. pantesan banyak yang berjuang keras untuk tetap jadi wartawan terus.. hehehe, upsss…). Tapi tak apa Rama, ntar aku pinjem deh ke Mbak Dian Syarief di perpustakaan SDF..

 

Oya, mbak Dian sendiri.. sebagai ketua SDF yang juga low vision, mempunyai pemahaman tersendiri mengenai hilangnya penglihatan dia. “Dari sisi tafakuran, aku merasa diselamatkan Allah, dengan kehilangan penglihatan ini, aku nggak bisa liat hal-hal yang buruk dan negatif, ngurangi dosa…” katanya suatu ketika.

Bukan berarti dia tak berikhtiar. Sakit lupus yang diidapnya telah membuat mbak dian low vision dengan sisa penglihatan 5 persen saja. Setelah bertahun-tahun, ia tetap terapi dan berusaha, kini penglihatannya meningkat menjadi 15 persen. subhanallah

 

Aku jadi ingat bahwa Allah menciptakan manusia dalam kondisi yang sempurna, yang terbaik di mataNya… (Jadi malu karena suka mengeluh….)

Kita ini majikan…

Tanggal 28 Oktober 2008 adalah 100 tahun sumpah pemuda. Agak ramai media memberitakan, kantor menteri pemuda dan olahraga juga demikian… media menyoroti mengenai semangat kebangsaan di kalangan muda negeri ini, apakah masih ada atau sudah luntur.

 

Salah satu parameter pengukurnya adalah “hapalkah kalian dengan bunyi sumpah pemuda?” alasannya, kalo sumpah pemuda nya aja nggak hapal, bagaimana mengharapkan mereka untuk melaksanakannya?

 

Argumen itu, boleh jadi benar…tapi bisa juga keliru. Kantor menteri pemuda dan olahraga pun tak berbeda, ada serangkaian seremoni untuk memperingatinya. Persoalannya adalah, apa esensi dari semua itu?

 

Lalu, tiba-tiba, saat kami sedang menonton tv bersama di ruang tengah, adikku bercerita bahwa saat ini, di telkomsel, kalau ada vendor asing yang ingin bekerja sama dengan perusahaan tersebut, mereka harus melakukan presentasi dalam bahasa Indonesia, bukan bahasa Inggris. “kata temanku, aturan mainnya sekarang diubah, vendor-vendor asing itu kan menawarkan jasa mereka, yang punya uang kan kita, jadi ya mereka dong yang harus ikut aturan kita, pake bahasa Indonesia,” ujar adikku menirukan temannya, yang memang bekerja di perusahaan tersebut.

 

Wah, kabar bagus! Aku senang mendengarnya… “Biar mereka tahu dong, mana majikan mana yang punya duit, mana yang pengen bekerja sama,” tambah adikku lagi. Benar juga, selama ini kan, kita yang punya uang, tapi kita menjadi demikian tak percaya diri sehingga harus menggunakan bahasa Inggris.. padahal merekalah yang perlu, bukan kita. Karena kita yang mempunyai sumber daya, yang punya duitnya…

 

Jadi ingat wawancara dengan dirut telkom, dua tahun lalu, mengenai rencana pengembangan bisnis telkom ke depan, dia bilang waktu itu bahwa “sampai beberapa tahun ke depan, Indonesia dengan 220 juta penduduk, merupakan pasar yang potensial dan belum tergarap seluruhnya. Ngapain kita ekspansi ke luar, misalnya di Asia Tenggara saja, jumlah penduduk Indonesia itu yang terbesar.. Justru perusahaan-perusahaan asing yang berebut ingin masuk ke Indonesia, yang pasarnya masih luas. Jadi sementara ini, kita tetap konsentrasi di dalam negeri.”

 

Kemudian, ingatanku juga kembali melayang ke masa-masa belajar di IALF Jakarta, selama enam bulan. Aku ingat bahwa selama belajar di sana, aku tahu bahwa IALF tak hanya memberikan kursus bahasa Inggris tetapi juga memberikan kursus bahasa Indonesia untuk para ekspatriat. Waktu itu aku sedikit bertanya, untuk apa para bule ato orang asing manapun, belajar bahasa Indonesia. Kini pertanyaan itu terjawab….

 

Aku ikut bangga… upaya ini semoga terus berlanjut ke perusahaan-perusahaan lainnya lagi. Jika melihat kursus bahasa Indonesia ini sampai diiklankan di Koran the Jakarta Post secara rutin, aku tahu bahwa kebutuhan untuk belajar bahasa Indonesia cukup tinggi. Artinya, aku bisa menyimpulkan bahwa tak hanya telkomsel saja yang melakukan kebijakan tersebut… mungkin banyak perusahaan lain.

 

Jadi, marilah kita berbahasa Indonesia yang baik dan benar… itu bisa jadi modal yang bagus untuk kita. Negeri ini sangat kaya, tak hanya sumber daya alamnya, tetapi juga manusianya unggul… mengapa kita masih bermental inlander? Kita bisa bersaing dengan bangsa manapun di dunia ini, kalau kita mau…

 

Kalau kita seringkali bertanya, apa yang bisa kita sumbangkan untuk negeri ini? Maka inilah salah satu jawabannya, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.. belajar mempelajarinya dengan lebih serius.. dan mempraktekkannya… nggak sulit kan? Paling tidak, nggak sesulit kalo kita musti belajar bahasa asing.. yang memang tak bisa dinafikan, tetap penting di zaman ini…

 

 

kabar gembira

Dulu, ketika mendengar penjelasan dari pak ustadz (manapun) bahwa Alquran adalah kabar gembira bagi kaum muslimin… aku hanya mengangguk-angguk saja. Maksudku, aku tahu bahwa itu benar, tapi aku tak benar-benar menghayatinya… biasalah, hanya tau aja… tak merenungkannya atau memikirkannya… “pasti benar dong, kata Alquran,” ujarku dalam hati. Dan sudah, setelah itu berlalu saja…

 

Beberapa hari yang lalu, aku membaca Alquran dan menemukan ayat yang mengungkapkan mengenai hal tersebut…. Kemudian mendadak saja (aku rasakan) kebenaran ayat tersebut..subhanallah…

Mengapa dikatakan Alquran menjadi kabar gembira buat orang Muslim? Pada ayat sebelumnya disampaikan bahwa dunia ini sesungguhnya hanya permainan, hanya sementara dan orang-orang yang mengejar dunia…silakan, kejarlah dunia. Kemudian pada ayat selanjutnya diungkapkan, tetapi bagi mereka yang tahu, sesungguhnya kehidupan akhirat itu kekal, dan hidup yang terasa sulit ini sesungguhnya ujian… dan bagi mereka yang bersabar, Allah akan memberikan ganjaranNya…

Bukankah itu sebuah kabar gembira?

Kemudian aku mengecek kembali di Alquran digital yang diinstal di laptopku, dan memasukkan kata “kabar gembira”… ternyata, subhanallah, banyak sekali ayat yang menjelaskan bahwa alquran adalah kabar gembira bagi orang-orang yang taat dan bertakwa…

(selama ini, semua itu aku baca dan lewat begitu saja…)

 

Dengan kata lain, Allah berfirman kepada manusia yang sedang ditimpa musibah, ujian, kesulitan dan berbagai cobaan.. sesungguhnya semua itu hanya sementara dan hanya sedikit saja, jika kamu bersabar menjalaninya, dan memasrahkan semuanya hanya kepada Allah, maka kelak Allah akan memberikan kepadamu pahala yang berlipat…

 

Entah bagi yang lain, tapi bagiku.. ayat tersebut demikian menguatkan aku, membuatku tepekur dan berpikir lama mengenai makna indah kalimat tersebut.. janji Allah pasti ditepati, jadi mengapa kita tak bersegera menyambut ajakanNya… menjadi lebih sabar,menjadi lebih baik di mataNya..

Sebab Allah akan memberikan “hadiah” kepada para kekasihNya yang setia, yang berjuang jatuh bangun menggapai cintaNya.. melalui berbagai jalan : menjadi karyawan yang baik dan jujur, menjadi pedagang yang jujur dan ramah, menjadi guru yang penuh dedikasi, menjadi ibu yang sabar dan penuh kasih, menjadi ayah yang bertanggung jawab dan penuh perhatian, menjadi hamba Allah yang menutup auratnya, menjaga lisannya, menjaga pandangannya… subhanallah…

 

Sesungguhnya Alquran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Muslim yang mengerjakan amal soleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. QS.Al Israa (17) : 9