Akhirnya, bisa juga menulis isi hati mengenai Laskar Pelangi. Sudah membaca bukunya, dan akhirnya juga…sudah menonton filmnya. Kini, buku yang begitu ramai dibicarakan sejak muncul di acara Kick Andy Metro TV (salah satu acara tv favoritku), filmnya pun dijubeli para penonton.
Dua pekan lalu, saat aku bersama suamiku menonton film tersebut di BSM Bandung, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 dan itu malam senin, artinya besoknya anak-anak harus sekolah… tapi luar biasa… film ini masih dipenuhi penonton. Yang duduk aja sampai di barisan paling depan! Mungkin, mereka pikir, daripada nggak nonton, lebih baik duduk di paling depan..paling dekat layar lebar itu dan pastinya, nggak nyaman…:D
Menurutku, film ini bagus. Maksudnya, jika dibuat perbandingan antara buku dengan film, aku memilih filmnya… Film Laskar pelangi memang tak sama persis dengan bukunya.Tapi menurutku, syukurlah tak sama persis… kalo sama persis, haduhhhh…repot dong..
Karena aku adalah salah satu di antara sekian pembaca buku Laskar Pelangi yang tak begitu menikmati buku tersebut. Bukan karena isinya nggak menarik.. isinya menarik, tapi kalo aku yang jadi editor, akan banyak bagian dari buku itu yang aku buang.. karena nggak perlu, atau terlalu bertele-tele..bahkan sebagian terlalu sains…
Belakangan, aku juga membaca kritik pedas untuk buku tersebut. Aku membacanya di Koran pikiran Rakyat edisi minggu sekitar 2 minggu lalu… penulis kritik ini mengatakan banyak hal mengenai kelelahan saat membaca Laskar Pelangi… hhhhmmm, hampir sama denganku sih hehehe… aku banyak melewatkan halaman-halaman yang isinya deskripsi yang bikin mumet kepala hehehe… aku males bacanya.
Lalu, kritik lain yang aku baca, ditulis di blog wordpress juga, yang menilai bahwa penulisnya terlalu banyak tahu.. bahkan terlalu tinggi berpikir untuk ukuran anak kecil seusianya saat itu, hhhmmm…ini juga pertanyaanku…
Kemudian yang terbaru, aku baca mengenai kritik terhadap, tak cuma Laskar Pelangi, tak juga buku-buku lainnya, Sang Pemimpi dan Endensor.. (kedua buku ini aku belum sempat baca, untuk kemudian tak lagi tertarik membacanya)… Kritik ini sangatlah pedas, dikatakan bahwa penulis buku ini begitu mengagungkan neoliberalisme, kemudian begitu terpesona oleh budaya Barat dsb… aku hanya baca sekilas kritik tersebut.. tapi cukuplah untuk mengetahui betapa dahsyat kritik itu…
Memang, menjadi terkenal selalu harus siap untuk dipuja sekaligus dicaci. Sebelumnya, aku memnbaca buku Laskar Pelangi The Phenomenon, yang berisi mengenai fenomena yang terjadi di seputar penerbitan buku best seller yang laris manis itu…Aku menulis resensinya untuk situs www.kabarindonesia.com, tepatnya di rubrik serba serbi…
Hanya iseng saja…:D
Di buku itu diungkap, bagaimana seorang gadis bersedia pacaran dengan seorang lelaki asalkan si lelaki bisa mendapatkan tanda tangan Andrea Hirata, penulis buku Laskar Pelangi. Ada juga kisah mengenai bupati yang bersedia membayar Andrea sebesar Rp 50 juta, untuk bicara selama 2 jam di wilayahnya… Itu honor tertinggi bagi penulis di bidang sastra Indonesia, selama ini!
Yang juga menarik, gara-gara buku ini laku keras… yang boleh dibilang mengikuti karya sebelumnya oleh penulis lain, Ayat-Ayat Cinta oleh Habiburrahman, banyak orang yang kemudian bergiat menulis… termasuk aku hehehe… pengen nulis buku, mana tau beruntung kayak mereka..
Beruntung? Yup… sebab seperti dikatakan oleh bos Mizan Pustaka, Putut Widjanarko, tak seorangpun tahu, buku seperti apa yang akan laku keras dan menjadi best seller… tak ada rumusnya!
So, memang itu rahasia Allah… kita hanya dituntut untuk berjuang.. berusaha… selebihnya, itu wilayah Allah yang Maha Berkehendak…
Kalo gitu, mari menulis buku…:D
Jika buku tersebut laku keras, alhamdulillah…jika tidak, yaa.. jangan lupa niatnya di awal, untuk share ilmu.. jadi tetep bermanfaat…