Memoar Seorang Odapus (Resensi Buku)

Kami tiba di mulut gang. Mas Eko menghentikan langkahnya. Suara kendaraan terdengar lebih riuh. Angin yang tak lagi terjaga dinding-dinding gang bertiup lebih kuat. Aku berpindah ke sisi Mas Eko. Menggamit tangannya. Sengaja semesra mungkin lalu berbisik,”Mas, Mas, aku sayang sekali sama Mas Eko…”

“Ah, apa, sih, kamu, norak amat. Di jalanan begini, lagi,” sahutnya dingin.(halaman 68).

Kutipan kalimat di atas seperti penggalan kisah dalam novel romantic. Namun kisah itu merupakan memoar salah satu penulis buku tersebut, Dian Syarief, mengenai kisah hidupnya yang mengalami kebutaan akibat penyakit Lupus yang dialaminya.

Lupus adalah penyakit autoimun, semacam alergi pada tubuh kita sendiri. Hal tersebut terjadi saat zat yang dibentuk tubuh, yang seharusnya digunakan untuk melawan zat asing, malah berbalik melawan tubuh sendiri. Karena itu pulalah, Lupus sering disebut sebagai penyakit seribu wajah dan sering terbaca seperti penyakit lain (halaman 17).

Lupus belum diketahui obatnya dan orang yang terdiagnosis penyakit ini harus menjalani pengobatan seumur hidup. Jika Lupusnya sedang tidak aktif, odapus (orang dengan Lupus) bisa beraktivitas seperti biasa. Bila sebaliknya, odapus akan mengalami sakit yang beragam jenisnya, tidak sama persis antara satu dan lainnya dengan efek yang berbeda pula.Lupus umumnya menyerang wanita berusia produktif tapi ada pula para odapus pria meskipun jumlahnya sangat sedikit.

Dian Syarief adalah mantan karyawati salah satu bank swasta nasional di Jakarta. Ia berhenti bekerja karena mengidap Lupus sejak 1999. Pengobatan Lupus yang dijalaninya menimbulkan efek samping yang berujung pada hilangnya 95 persen penglihatan dia, sehingga selain odapus ia pun seorang dengan penglihatan terbatas.

Namun, Dian tetap aktif membantu sesama odapus dan low vision melalui yayasan bernama Syamsi Dhuha Foundation (SDF) yang didirikan bersama suaminya Eko P. Pratomo. Yayasan yang berpusat di Bandung itu belum lama ini meraih penghargaan Sasakawa HealthPrize 2012 dari WHO di Jenewa Swiss.

Buku ini menceritakan kisah hidup sang penulis buku sejak didiagnosis terkena penyakit Lupus serta beragam episode dalam hidupnya yang berubah drastis sejak menjadi odapus. Dari kisah-kisah itu, pembaca bisa ikut merenung dan memikirkan hikmah dari setiap peristiwa yang dialami oleh penulis atau tokoh lain di dalam buku tersebut. Sebagai sebuah memoar, buku ini cukup lengkap. Ada kisah mengharu biru, kisah lucu, kisah cinta yang tak lekang oleh waktu, hingga rasa bangga karena mendapat pengakuan di tingkat internasional.

Buku ini tak melulu bercerita tentang lupus tapi juga mengenai semangat hidup, tentang harapan yang bisa tumbuh di mana saja, hingga perjuangan tak kenal lelah. @ ASatriani, penulis ‘I Can Get A Scholarship Why Can’t You?’ dimuat di Rubrik Resensi (halaman 13) Harian Detik Sabtu 14 Juli 2012.

JUDUL BUKU : Sunrise Serenade

PENULIS : Dian Syarief Pratomo & Sundea

PENERBIT : Gagas Media

CETAKAN : Pertama, 2012

TEBAL : 289 hlm

One response to “Memoar Seorang Odapus (Resensi Buku)

  1. entah kenapa aku tak pernah bosan membaca kisah Dian Syarief. perjuangannya luar biasa. perjuangan itu bermakna lebih berkat dukungan kuat sang suami.

Leave a comment